JURNALKITAPLUS – Industri perbankan syariah Indonesia memasuki babak baru dengan lahirnya Bank Syariah Nasional (BSN), hasil spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. melalui akuisisi PT Bank Victoria Syariah. Meski potensi pasar masih menggiurkan mengingat populasi Muslim terbesar di dunia, sektor ini masih menghadapi tantangan rendahnya minat masyarakat.
BSN Lahir: Peta Kekuatan yang Semakin Kompetitif
Bank Syariah Nasional (BSN) resmi lahir setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTN menyetujui akuisisi Bank Victoria Syariah pada 20 Agustus 2025. BSN diharapkan menjadi pemain utama dengan posisi sebagai bank syariah terbesar kedua di Indonesia, tepat di bawah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) yang mendominasi dengan aset mencapai Rp388,46 triliun per Mei 2025. (cnbc-indonesia)
Berdasarkan data aset per Juni 2025, peta kekuatan bank syariah menunjukkan dominasi BRIS, diikuti UUS Bank CIMB Niaga (Rp63,90 triliun), gabungan UUS BTN dan Bank Victoria Syariah (Rp63,08 triliun), serta Bank Muamalat Indonesia (Rp60,58 triliun). Posisi selanjutnya ditempati UUS Bank Maybank Indonesia (Rp40,90 triliun), UUS Bank Permata (Rp37,49 triliun), hingga PT Bank Nano Syariah dengan aset terkecil Rp6,01 triliun. Selain BSN, UUS Bank CIMB Niaga juga bersiap spin-off sesuai ketentuan OJK yang mewajibkan aset minimal 50% dari bank induk atau Rp50 triliun. Kehadiran BSN diharapkan memperkaya pilihan dan mendorong kompetisi sehat di sektor ini.
Ambisi BSN: Jadi Nomor Dua, Opsi Akuisisi Terbuka Lebar
BSN tak hanya ingin eksis, tapi langsung menargetkan posisi terdepan. BTN memproyeksikan BSN memiliki aset Rp70 triliun pada akhir 2025, dengan modal inti Rp6 triliun dan rasio kecukupan modal (CAR) 20%-25%. Fokus utama BSN adalah menjangkau seluruh Indonesia sebagai mesin pertumbuhan BTN, khususnya di segmen perumahan, gadai syariah, dan produk emas syariah.
Untuk mewujudkan ambisi ini, BSN membuka opsi akuisisi non-organik, termasuk konsolidasi dengan bank daerah yang kesulitan spin-off atau pembelian portofolio dari institusi lain. Diskusi dengan beberapa pihak sudah berlangsung, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah diberi tahu. Strategi ini diharapkan mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah dan mencegah monopoli di pasar. (cnbc-indonesia)
Kesiapan Operasional: Potensi Besar, Tapi Tantangan Persepsi Masih Ada
BSN dijadwalkan beroperasi penuh pada November 2025, didukung suntikan modal Rp5 triliun dari BTN, sehingga total modal mencapai Rp6,5 triliun. Target awal: aset Rp68 triliun dan laba Rp800-900 miliar hingga akhir tahun. Potensi pasar bank syariah masih luas, mengingat kontribusi sektor ini terhadap total perbankan masih di bawah 10%, padahal Indonesia rumah bagi 87% penduduk Muslim. (Kompas)
Namun, tantangan utama adalah persepsi masyarakat bahwa layanan syariah tak lebih murah atau cepat dibanding konvensional, ditambah kurangnya keberpihakan pemerintah seperti penyaluran bansos yang lebih condong ke bank umum. Untuk itu, diperlukan 3-4 bank syariah berskala besar lagi guna tingkatkan kompetisi dan skala ekonomi. Proyeksi masa depan: penguatan ekosistem halal melalui kerja sama internasional dan kebijakan afirmatif, seperti prioritas bansos produktif via bank syariah.
Mengapa Bank Syariah Masih Kurang Diminati? Ini Penyebabnya
Meski potensi menggiurkan, pangsa pasar bank syariah hanya 7,38% per Maret 2024 menurut OJK. Penyebab utama: minimnya edukasi tentang konsep syariah seperti akad dan bagi hasil, sehingga banyak yang anggap mirip bank konvensional; keterbatasan inovasi produk yang kurang kompetitif; akses terbatas di daerah pedesaan akibat sedikitnya cabang dan ATM; serta regulasi pemerintah yang belum optimal.
Saran ahli: tingkatkan edukasi massal, perluas infrastruktur digital, inovasi produk, dan perkuat regulasi untuk dorong adopsi lebih luas. Dengan langkah ini, bank syariah bisa jadi pilar utama ekonomi inklusif. (Kumparan)
Meski BSN membawa angin segar, kesuksesan sektor syariah bergantung pada kolaborasi stakeholder. Pantau terus perkembangannya di portal kami. (Dikurasi oleh FG12)